Admin pernah menuliskan catatan perjalanan admin ke Gereja St. Yoseph di Matraman, Jakarta. Nah pas itu admin sempat pula jalan2 ke Fakultas Kedokteran UI yang ada di situ *atau lebih tepatnya ngintip dan stalking mahasiswa yang ada di sana hehehe*. Nah, pas pulangnya naek busway, admin melihat satu museum yang menarik perhatian admin, yakni Museum Sumpah Pemuda tak jauh dari situ. Begitu admin cek di mbah google, eh beneran, ternyata memang di situlah Sumpah Pemuda pertama kali diikrarkan. Selang beberapa bulan barulah admin bisa memenuhi mimpi admin mengunjungi situs bersejarah ini.
Begitu pertama kali mengunjungi Jakarta, mungkin orang2 normal bakalan begini,
“Pengen ke Monas ...”
“Pengen ke PIM ...”
“Pengen ke MOI ...”
“Pengen ke Ancol liat Inbox ...”
Tapi gue malah,
“Pengen ke Museum Sumpah Pemuda.”
Berarti gue nggak normal dong guys hehehe. Tapi dari dulu emang admin kepengen banget ke Museum Sumpah Pemuda. Bukan karena pengen liat koleksinya atau gimana (gaya arsitektur rumah tuanya juga biasa2 kok), tapi pengen ngerasain gimana sih rasanya berada di tempat yang pernah menjadi lokasi sebuah peristiwa bersejarah. Bayangin guys, di tempat ini, sekitar 85 tahun lalu pernah berkumandang Sumpah Pemuda yang sangat besar impact-nya bagi bangsa kita ini. Bahkan ini awal mula bangsa kita memperjuangkan kemerdekaannya sebagai satu bangsa dan negara, Indonesia. Gue juga sebenarnya pengen berada di lokasi dimana Proklamasi pertama kali dikumandangkan, namun sayang rumah Bung karno tersebut sekarang udah dibongkar (ama Bung Karno sendiri lho) dan dibangun gedung Pola Pembangunan Semesta.
Kalo mau ke museum ini gampang buanget kok. Tinggal naek busway jurusan PGC dan turun di halte Pal Putih. Tinggal jalan bentar, langsung nyampe deh di museumnya. Tapi secara gue backpacker *sesat*, tetep aja gue pake acara nyasar2 segala hahaha. Museum ini ada di sebelah kanan jalan (kalo kita dari arah Senen). Nah, begitu turun dari jembatan busway, gue salah ambil jalan. Harusnya balik ke arah Senen, eh gue malah ke arah FKUI (sebaliknya). Jadinya malah nyasar ampe ke Markas NU segala. Tapi bonusnya gue ketemu bangunan tua ini yang ternyata Panti Asuhan St. Vincetius.
Sehabis maki2 gue sendiri #LOL#, akhirnya ketemu juga museumnya (cuma beberapa langkah padahal dari halte busway Pal Putih hikz) yang beralamat di Jalan Kramat no. 106. Museum ini nggak gitu besar dan begitu nyampe, gue langsung disambut ramah ama para petugasnya. Biaya masuknya murah banget, 2 ribu doang (masih dikasih pamflet lagi). Gue sempet under-estimate, soalnya tiket masuknya aja cuma 2 ribu, pasti isi museumnya berdebu dan penuh sarang laba2 dimana2 *suram2 gitu* Tapi ternyata gue salah besaaaaar. Begitu masuk, ternyata ruangannya full AC dan banyak komputer layar sentuh interaktifnya. Buseeeet.
Inilah yang pertama gue lihat pas masuk, yakni diorama suasana di rumah ini pas zaman Belanda dulu. Ternyata dulunya bangunan ini adalah tempat kos2an mahasiswa STOVIA (sekarang Fakultas Kedokteran UI). Dari sinilah embrio nasionalisme para cendekiawan pribumi mulai tumbuh. Soalnya mirip2 ama kos2an zaman sekarang, lokasi ini nggak hanya digunakan buat tempat tinggal aja, tapi sekaligus sebagai tempat nongkrong paling gaul para pemuda saat itu. Dari hasil nongkrong2 itulah muncul organisasi kepemudaan bernama PPPI (Perhimpoenan Peladjar Peladjar Indonesia). Nah gitu dong, c’mon generasi pemuda sekarang tirulah para pendahulu2 kita, tempat kos2an dijadikan tempat beraktivitas yang positif. Kalo mahasiswa zaman sekarang sih, tempat kos malah dijadiin tepat mesum, hih!
Ini beberapa koleksi yang ada di museum ini. Beberapa yang menarik perhatian gue adalah koleksi foto2 suasana Batavia pas zaman2 segitu. Ada foto gedung ini pas tahun 20-an ama foto gedung STOVIA (sekarang FKUI).
Ini foto yang unik banget buat gue, soalnya ada foto Stadhuis (Balai Kota, sekarang Museum Fatahillah) dan trem (apa kereta ya) melintas di depannya. Wow keren! Coba direkonstruksi ya, kayak kereta kelinci gitu hahaha #eh tapi beneran pasti seru lho#
Gue lalu masuk ke ruangan lain yang ternyata menyimpan peninggalan2 WR Soepratman. Tahu kan siapa beliau? Byap, bener banget, beliau adalah pencipta lagu Indonesia Raya. Lagu nasional kita tersebut juga pertama kali dikumandangkan pas Sumpah Pemuda lho. Nah, di sini terdapat koleksi andalan museum ini, yakni biola dan piringan hitam yang memuat rekaman pertama lagu Indonesia Raya gubahan WR Soepratman. Biolanya juga biola yang dipakai oleh beliau sendiri saat mengalunkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya lho!
Ini gambar band yang dulu dibentuk ama WR Soepratman. Wow, nggak nyangka khan kalo beliau dulu juga anak band. Nama band-nya Black – White dan beraliran jazz. Dahsyaaaat kali pahlawan nasional kita yang satu ini!!!!
Kemudian di ruangan berikutnya, gue melihat koleksi2 lainnya, kayak peta Batavia kuno.
Eits, ini bukan foto boyband lho, tapi foto para personel Perhimpunan Indonesia.
Ini ruangan replika situasi saat Kongres Sumpah Pemuda dllaksanakan pada 27-28 Oktober 1928.
Di bagian belakang gedung ini ternyata ada taman kecil dengan relief dan monumen di sana.
Monumennya sih lumayan, cuma kurang gede aja. Oya di bagian lain gedung ini juga terdapat ruangan koleksi sejarah kepanduan Indonesia (sekarang Pramuka). Haaa....hari gini Pramuka??? Eit, jangan dianggap remeh lho guys. Sebagian besar pahlawan2 Kebangkitan Nasional kita ternyata anak2 pramuka lho. Dulu saking populernya gerakan pramuka, ampe setiap organisasi kepemudaan saat itu pasti punya gerakan kepanduannya sendiri. Ini gambaran seorang pandu pada zaman Kebangkitan Nasional.
Dan ini foto2 gerakan kepanduan saat itu. Ini foto para anggota kepanduan dari Jong Islamiten Bond, ada Moh. Roem juga, tapi nggak tahu yang mana hehehe. Oya jadi ingat, ngomong2 soal beliau, jadi inget kalo hotel bersejarah tempat dilaksanakannya Perundingan Roem-Royen yang terletak di Harmoni sekarang udah nggak ada lagi karena dihancurkan untuk dibuat pertokoan. Waduh, parah banget nih ... dimana dong semangat cinta sejarahnya? Ingat pesan Bung Karno, “Jas Merah, jangan lupakan sejarah!” Tapi masih untung ya gedung bersejarah yang admin kunjungin ini masih utuh *walau admin liat sih ada beberapa bagian yang direnov, seperti misalnya tembok belakang dirombak jadi dinding kaca bergaya modern*
Nah, itulah guys sekilas tentang koleksi Museum Sumpah Pemuda. Emang dikit banget, tapi tetap nggak boleh menyurutkan semangat kita dalam menjaga sejarah bangsa ini. Bayangin rumah sesempit ini bisa jadi tempat yang mengubah sejarah bangsa kita hingga membawa kita pada kemerdekaan dari penjajah. Akhir kata, silakan baca poster yang gue temukan di salah satu sudut museum ini untuk memompa semangat nasionalisme kalian!
“MERDEKA!!!!”
Join This Site Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon