Gue terinspirasi membuat postingan ini setelah lawatan gue (halah kayak nasi aja dilawat *liwet bang*) ke Bandung. Bandung emang surganya art deco, nggak hanya di Indonesia aja, namun juga di dunia. Yap, di muka bumi ini emang nggak begitu banyak tersisa kota yang menyimpan kejayaan art deco, sebab gaya arsitektur ini emang berumur pendek, kurang dari dua dekade. Namun di kala pertama muncul, gaya ini langsung menarik banyak penggemar, hingga menjadi trend setter kala itu. Bahkan art deco menjadi gaya hidup dengan tak hanya diterapkan di bangunan, namun juga menjadi fashion. Namun kali ini gue hanya memperbatas pembahasan gue tentang art deco hanya dalam gaya arsitekturnya saja. Nah, inilah sejarah bangkit dan terbenamnya gaya art deco.
Ketika fajar abad 20 menyingsing, terjadi pergolakan dalam masyarakat. Masa modernisme dimulai, dimana dunia mulai menolak nilai2 konvensiona serta mulai merengkuh gaya2 yang lebih baru dan segar. Pada masa ini, lukisan2 abstrak Picasso menjadi digemari. Begitu pula dalam hal arsitektur, muncul gaya kubisme yang simpel dan mendobrak kemapanan gaya2 arsitektur Eropa yang menonjolkan kerumitan dan kesempurnaan. Pada masa inilah gaya art deco terlahir ke dunia.
Istilah “art deco” baru pertama kali digunakan oleh seorang wartawati “The Times “ bernama Hilary Gelson pada 1966. Kata “art deco” berasal dari sebuah pameran bertajuk “Exposition Internationale des Arts Decoratifs et Industriels Modernes” yang diadakan di Paris pada 1925 tempat pertama kali gaya ini diperkenalkan. Secara definitif, art deco dapat diartikan sebagai suatu gaya kreatif yang didesain antara tahun 1925-1939. Bangunan yang menerapkan gaya ini mungkin dapat diringkas sebagai “kotak yang dihias”.
Seperti gaya gotik dan baroque, gaya art deco merupakan musuh abadi gaya art noveau, pendahulunya. Gaya art noveau yang sangat klasik Eropa lebih menonjolkan feminimitas dengan bentuk lengkung yang “cair” dan organik. Eksterior bangunan art noveau dihiasi relief2 gadis digambarkan dengan rambut bergelombang yang terurai dan sulur2 anggur yang membentuk motif floral. Gaya art deco justru sebaliknya. Gaya ini menggambarkan maskulinitas dengan garis2 yang tegas. Ini dipengaruhi oleh Revolusi Industri di Inggris pada penghujung abad ke-19, dimana mesin2 pabrik kala itu mampu menciptakan satu hal yang sangat sulit diciptakan oleh tangan manusia, garis lurus.
*art nouveau*
Sejarah juga sangat mempengaruhi keeksisan gaya ini. Pada tahun 1922, seorang arkeologis bernama Howard Carter menemukan makam mumi Tuthankhamen di Mesir. Kisah kutukan sang mumi yang melegenda membantu menghidupkan kembali kembali gaya arsitektur Mesir yang sudah terkubur ribuan tahun, kali ini dituangkan dalam modernitas art deco. Art deco memang meleburkan berbagai gaya arsitektur tradisional, mulai dari Babilonia kuno, Mesir, hingga Aztec.
Gaya art deco tak hanya menjamur di tanah kelahirannya di Eropa saja, namun juga meluas ke berbagai penjuru dunia. Peninggalan historis berupa bangunan art deco masih banyak ditemui di Old Miami, Amerika Serikat (terbesar di dunia); Mumbai, India (terbesar kedua); Havana, Kuba; Shanghai; Brazil; Melbourne; Sydney; dan tentunya yang tak terlupakan di Jakarta dan Bandung.
Gaya art deco kala itu tidak hanya ditemukan pada bangunan saja, namun meluas sebagai gaya hidup kaum kelas atas. Gaya fashion, perhiasan, furniture, bentuk radio, kamera, hingga bentuk mobil sangat terpengaruh oleh gaya ini.
Walaupun art deco sangat dicintai oleh masyarakat dunia kala itu, namun para kritikus justru membencinya karena dianggap terlalu “komersial” dan mengesampingkan seni murni. Sayang, gaya ini secara resmi lenyap ketika dunia mengalami kolaps saat Perang Dunia II berkecamuk.
Gaya art deco memiliki berbagai ciri khas yang sangat distinctive dan mudah dibedakan dengan gaya2 arsitektur lain. Berikut ini adalah karakteristik gaya arsitektur art deco yang hampir tak dimiliki gaya arsitektur lain.
1. Adanya “eyebrow” atau “alis”
Jendela bisa dianggap sebagai “mata” sebuah bangunan, maka tak salah menyebut karakteristik bangunan art deco ini sebagai “alis”. “Eyebrow” adalah bagian bangunan yang menonjol tepat di atas jendela dan berfungsi menghalau panasnya cahaya matahari sehingga juga akan membantu mendinginkan dan menyamankan ruangan. Karena ciri khas inilah, art deco sangat populer digunakan di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Miami, Florida.
2. Ziggurat
Yang dimaksud ziggurat adalah struktur yang bertingkat-tingkat seperti tangga. Sudah disebutkan sebelumnya bahwa gaya art deco sangat terpengaruh dengan gaya arsitektur purba dari Babilonia dan Mesir. Ziggurat merupakan sebutan bagi punden berundak dari peradaban Mesopotamia dan juga merupakan cikal bakal piramida Mesir.
3. Sisi yang melengkung
Sisi bangunan yang tidak membentuk sudut, melainkan melengkung, merupakan ciri khas yang tak dapat dipisahkan dari bangunan bergaya art deco. Namun seringkali, sudut melengkung ini hanya diterapkan pada satu atau dua bagian sisi bangunan saja, tidak semuanya.
4. Atap datar
Karena merupakan turunan dari gaya kubisme yang sangat mengagungkan bentuk kubus, maka seringkali bangunan art deco memiliki atap yang datar, tidak miring seperti bangunan kebanyakan. Atap bergaya art deco juga biasa dihiasi dengan parapet (bagian fasad atap yang sengaja ditinggikan) bahkan dengan menara.
5. Angka Tiga
Mungkin meniru gaya arsitektur Mesir yang mensakralkan angka tiga, maka berbagai unsur dalam art deco seringkali ditemukan dalam jumlah tiga. Entah itu 3 jendela, 3 banding, 3 anak tangga, dan lain2.
6. Banding
Banding adalah garis-garis horisontal yang menjadi dekorasi eksterior bangunan art deco. Banding biasanya memiliki warna-warna mencolok.
7. Kaca patri
Umumnya jendela pada rumah bergaya art deco menggunakan kaca patri dengan pola yang simpel. Seringkali pula, terdapat railing atau jeruji besi pada jendela tersebut yang dibuat seartistik mungkin.
8. Glass block
Penggunaan glass block alias balok2 dari kaca digunakan secara ekstensif sebagai pengganti jendela. Tentu saja fungsinya untuk memaksimalkan masuknya cahaya ke ruangan. Kayaknya penggunaan glass block ini perlu dilestarikan kembali di rumah2 zaman sekarang, sebab bisa mengurangi penggunaan lampu di siang hari. Selain itu nggak bikin panas juga.
9. Relief bergaya futuristis
Tak hanya relief sebenarnya, namun mural juga sering digunakan sebagai unsur dekoratif dalam bangunan bergaya art deco. Namun penggambaran dalam relief2 tersebut justru mengingatkan kita pada lukisan Mesir kuno dengan gayanya yang kaku namun artistik.
10. Hiasan Geometris
Gaya art deco sangat mengandalkan motif geometris untuk memperindah bangunan, terutama yang berbentuk garis lurus. Gaya ini juga menerapkan motif2 khas seperti matahari terbit dan chevron (motif zig zag seperti mata anak panah).
Ciri-ciri lain gaya art deco adalah jendela bulat, flagpole (tiang bendera), dan penggunaan lampu neon.
Jika kalian pernah ingat serial kartun Batman pada tahun 90-an, maka mungkin kalian akan terbayang seperti apa kejayaan masa art deco kala itu. Gotham City digambarkan sebagai kota art deco yang sangat “dark”. Bahkan bentuk batmobile-pun sangat dipengaruhi oleh gaya mobil art deco kala itu.
Salah satu peninggalan art deco yang sering kita saksikan di film2 Hollywood adalah bentuk2 theatre (bioskop) di Amerika sana. Bioskop2 ini biasanya memiliki lampu neon di bagian depan berisi film2 apa yang akan tayang dan jamnya. Bioskop2 ini juga biasa memiliki menara dengan nama bioskop tersebut tertera secara vertikal. Struktur ini disebut sebagai “marquee”.
Aliran art deco juga dapat dibedakan menjadi 3 jenis (menurut website http://www.artdecodesign.info/3-types-of-art-deco-design-architecture/)
1. Stepping Type, tipe ini biasanya diterapkan pada bangunan2 bertingkat (skyscraper) dengan mengimitasi bentuk ziggurat Persia kuno. Bangunan dibuat dalam tingkat2 dimana semakin ke atas, ukurannya semakin sempit. Contohnya yang terkenal tentu gedung Empire State Building yang pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia selama 4 dasawarsa, bahkan kembali mengklaim gelar itu setelah WTC runtuh.
2. Classic Moderne, jika kalian pernah melihat kantor Daily Planet di film Superman Returns, maka kalian mungkin mendapat gambaran seperti apa gaya ini. Gaya klasik ini diperindah dengan hiasan2 berupa mural dan motif keemasan.
3. Streamline Moderne, gaya inilah yang sering kalian lihat jika kalian berkunjung ke pusat kota Bandung ataupun Old Miami, Florida. Gaya inilah yang paling “bersih” ketimbang gaya klasik yang kaya dekorasi, juga memiliki bentuk yang lebih aerodinamis. Berbeda dengan gaya art deco streamline di Bandung, bangunan2 art deco di Miami, Florida lebih berwarna-warni.
Berikut ini contoh bangunan2 gedung pencakar langit bergaya art deco yang terkenal dari seluruh penjuru dunia.
Gedung New India Assurance (Mumbai, India)
Gedung American Radioator Building (Chicago, AS)
Menara Sears (New York, AS)
Empire State Building (New York, AS)
Hotel Savoy Hofman (Bandung, Indonesia)
Museum Bank Mandiri (Jakarta, Indonesia)
Nah, berikut ulasan gue mengenai gaya arsitektur art deco. Pusing kan? Gue juga ... hehehe. Gue secara pribadi merasa jatuh cinta dengan gaya ini. Gue harap gaya ini dapat mengalami “revival” alias bangkit kembali sebagai salah satu gaya romantis yang pernah memperindah Nusantara.
Join This Site Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon